Arsip

Who am I..?

Sebelum saya tahu akan yang lain, sudahkah saya mengenal diri saya sendiri? Siapakah saya? Apa kedudukan saya? Apa tugas saya? Dan apa yang sedang saya kerjakan saat ini..? ‘Tak kenal maka tak sayang’, begitulah ungkapan yang sering didengungkan banyak orang sebagai perumpamaan betapa pentingnya sebuah perkenalan. Dari yang kenal saya bisa menjadi tahu, dan dari yang tahu akhirnya bisa muncul sebuah rasa sayang dan menghargai. Menghargai apa yang sudah diberikan, sehingga hadir rasa sayang seandainya sampai menyia-nyiakan.

Dari sejak jamannya Nabi Adam sampai dengan masa sekarang, semuanya seragam menyatakan bahwa saya ini adalah ‘manusia’. Bukan malaikat apalagi binatang ternak Baca lebih lanjut

“Bias-bias Romadhon..” (Meningkat di bulan Syawal)

Layaknya Romadhon yang disebut-sebut sebagai bulan Pelatihan, maka Syawal dikenal sebagai bulan Peningkatan. Apa yang kita latih, atau apa telah kita dapatkan di Romadhon sudah selayaknya kita tingkatan di bulan Syawal. Bukan malah mengendur atau hilang tidak berbekas. Karena suksesnya Romadhon dilihat dari aktualisasi di sebelas bulan berikutnya, apakah masih continuity  atau malah telah terganti dengan aktifitas daily yang biasa dilakukan sebelum Romadhon tiba. Apabila seperti itu (kembali kepada aktifitas diluar Romadhon), maka yang didapat hanyalah makna Romadhon yang tak jauh berbeda seperti pasar kaget (Pasar Romadhon). Serentak, gempita namun seketika lenyap oleh adanya batas momentum. Padahal untuk melakukan perbaikan, meninggikan kwalitas, selama diri ini masih bernafas, tidak ada istilah ‘batas’. Semuanya harus terus diupayakan dan senantiasa ditingkatkan sampai diri ini menempati posisi seperti yang dicita-citakan. Posisi sebagai seorang mukmin/muslim, mujahid, umat atau muttaqin.

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan muslim (3:102).

Dari keterangan ayat diatas, seandainya boleh berpendapat, bisa dibilang Muslim itu adalah standar minimal yang diberikan Alloh kepada orang beriman. Lalu, puaskah kita hanya dengan menyandang gelar ‘muslimin’, walau pada kenyataannya masih banyak potensi yang bisa kita kerahkan untuk menjadi seorang mujahid, umat, atau bahkan muttaqin. Manusia diberikan potensi yang sama; akal, ruh, dan jasad. Yang membedakan dalam pencapaian, hanyalah pemikiran dan keinginannya dalam pengelolaan potensi yang telah diberikan. Tidak diharamkan kita mengejar posisi yang telah Allah sediakan, bahkan sangat dianjurkan untuk bisa berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot). Itupun jika seandainya kita ingin menjadi insan yang unggul sebagaimana yang Dia diharapkan.

Bagi seseorang yang sudah bekerja, mendapatkan posisi yang lebih tinggi dari sebelumnya adalah angan-angan yang wajib untuk direalisasikan. Sehingga tidak sedikit dari kita yang sampai berdarah-darah rela melakukan berbagai pekerjaan semata agar bisa dipromosikan. Bahkan sampai ada yang memakai cara tak lazim untuk  mempercepat naiknya jabatan. Dan seringnya pandangan duniawi-lah yang kita pedulikan, tanpa kita sadari bahwa penilaian-Nya lah yang seharusnya kita utamakan. Pandangan manusia memiliki kecendrungan untuk bisa berat sebelah dan serba terbatas. Sedang pandangan-Nya begitu luas dan sarat kredibilitas, karena ‘Allah adalah Hakim yang (sudah tentu) Paling Adil..’

Maka dari itu, di bulan Syawal ini marilah kita sama-sama tingkatkan kuwalitas diri, hargai potensi yang diberikan dengan sebuah cita-cita diri untuk bisa memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah. Jangan mau berdiri di ambang batas, karena bisa jadi membuat kita mudah untuk tidak ikut tinggal landas. Kita harus jadi sayap, kita harus jadi perut atau mungkin pada akhirnya kita pun bisa jadi kepala. Yang mana hal itu tidak terlepas dari usaha yang secara continue dilaksanakan dan terus ditingkatkan. Ada sebuah anekdot; Allah menciptakan surga itu tidaklah seluas neraka. Sehingga untuk yang berada ditepi surga, bersiap-siaplah tersingkir karena kini banyak orang berfikir dan lebih mempedulikan hari akhir. Mereka berlomba dalam kebaikan dan berjuang untuk sebuah posisi terbaik dimata Allah.

*Tulisan ini semata-mata cermin untuk diri penulis sendiri, yang senantiasa lalai dan alpa dalam memelihara. Sama-sama kita berfikir dan belajar..

~Komponen Hidup~

Timbang menimbang, begitu banyak yang dipertimbangkan. Seandainya ada yang jadi bahan tuntunan, tentu hal itu tidak harus sampai dibingungkan. Ada yang memerintahkan dan kita tinggal melaksanakan, tidak khawatir menjadi bingung karena ada yang memutuskan. Kalang kabut seisi dunia jikalau tak ada yang jadi sumber acuan. Suatu acuan untuk bisa menentukan sebuah jalan. Hidup ini hanya ada dua pilihan; baik-buruk, susah-senang, selamat-celaka, tenang dan galau. Yang mana salah satu dari keduanya itu menjadi ‘keharusan’untuk kita pilih sebagai bagian hidup yang sedang diperjalankan. Ada pengatur, ada yang diatur dan ada sebuah aturan. Komponen lengkap tuk bisa membuat hidup kita menjadi beraturan (teratur). Yang tentunya sudah bukan menjadi informasi lagi melainkan sebuah keyakinan, bahwa Pengatur hidup kita Allah SWT, yang seharusnya diatur itu adalah diri kita dan aturan yang diberikanNya itu adalah Al-Quran. Sama-sama kita kembalikan Al-Quran ke posisinya yang semula; acuan untuk keselamatan hidup kita di dunia dan di akhirat.

Renungan Makan Siang

Jalan yang mendaki lagi sukar itu adalah melepaskan budak dari perbudakan. Dan fenomena yang terjadi sekarang adalah susahnya melepaskan diri dari keinginan untuk diperbudak. Kita ini individu yang bebas. Bebas menjalankan apa yang diperintahNya serta bebas mengaktualisasikan apa yang diinginkanNya. Tidak ada peran ‘budak’ bagi seorang manusia untuk manusia yang lainnya. Yang ada hanyalah status ‘hamba’, itupun hanya diperuntukkan kepada Alloh semata. Sungguh lelahnya diri ini ketika melaksanakan perintah yang memang tidak diperintahkanNya. Atau bahkan sebaliknya, sudah ada perintahnya akan tetapi lalai dalam menjalankannya. Kegalauan hidup yang harus segera dituntaskan, dengan penyadaran diri akan eksistensi Allah di muka bumi. Apa yang kau kejar manusia.? Bukankah hanya Dia yang mencintamu melebihi cinta manapun di dunia ini? Dia yang memberimu kesempatan, Dia memberimu penglihatan, Dia menganugerahkanmu pemikiran, dan hanya Dia yang mencukupi segala kebutuhan. Lalu apa lagi yang tidak kau temukan pada Dirinya selain tidak adanya kekurangan melainkan kesempurnaan. Hanya dia yang berhak memperlakukanmu sesuka hatiNya, karena Dia adalah Robb-mu. Hanya Dia yang berkuasa untuk mengaturmu karena Dia adalah Al-Malik Yang Merajaimu. Serta hanyalah Dia satu-satunya yang berhak kau cintai dan kau harapkan kasih sayangNya karena dia adalah Illah-mu. Apalagi yang kau cari wahai manusia..? Bukankah sudah jelas mana jalan yang lurus dan mana jalan yang sesat. Jalan lurus, jalan yang senantiasa membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya. Sedang jalan sesat yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Naudzubillah.. Semoga kita semua senantiasa dalam perlindungan dan kasih sayang-Nya, amin..

Death; No One Who Can Guess..

Senin, 02/01/2012 – 20:48

SOREANG, (PRLM).- Dua wisatawan lokal laki-laki dan perempuan asal Jakarta yang diduga pasangan kekasih, ditemukan tewas di kamar tempat penginapan Argapuri Resort Gambung, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Minggu (1/1). Korban diduga tewas akibat keracunan gas pemanas air di kamar mandi tempat penginapan tersebut, akan tetapi polisi masih terus mengembangkan penyelidikan.

Kepala Kepolisian Resor Bandung Ajun Komisaris Besar Sony Sonjaya mengatakan, berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP). pihaknya sejauh ini tidak menemukan luka atau tanda-tanda bekas kekerasan atau penganiayaan. “Di TKP juga tidak ditemukan barang-barang mencurigakan yang menjadi penyebab kematian,” ujarnya Senin (2/1).

Menurut Sony, korban menginap di cottage Argopuri Resort Gambung sejak 31 Desember 2011 lalu. Mereka berniat menghabiskan liburan akhir tahun bersama enam rekan mereka yang terdiri atas dua perempuan dan empat laki-laki. Mereka berangkat menggunakan sebuah kendaraan pribadi dan mulai menginap di TKP sejak Sabtu (31/12).

Di tempat penginapan, tambah Sony, kedua korban menginap dalam satu kamar. Sementara keeenam rekan mereka menginap di kamar lain, akan tetapi masih satu penginapan.

Keesokan harinya, Minggu (1/1), sekitar pukul 10.00 WIB, rekan-rekan korban berolah raga sambil berjalan-jalan di sekitar lokasi penginapan. Sementara korban masih di dalam kamar mereka. Tanpa curiga, rekan-rekan korban meninggalkan mereka. Sekembali dari berolah raga, rekan-rekan korban juga tidak mengacuhkan saat mendengar suara seperti orang yang sedag melakukan hubungan intim dari kamar mandi korban.

Kenadi demikian, setelah sekian lama dibiarkan, korban tidak lagi terdengar suaranya dan tidak sama sekali tidak keluar dari dalam kamar. Alhasil, rekan-rekan mereka yang mulai curiga terpaksa mendobrak pintu kamar korban. Di dalam kamar, kedua korban ditemukan oleh rekan-rekannya dalam keadaan terlentang hampir tanpa busana dan tidak bernyawa.

“Korban perempuan dalam kondisi tidak mengenakan busana, sedangkan korban laki-laki hanya mengenakan celana pendek. Untuk itu, rekan-rekan mereka segera memakaikan baju pada tubuh korban dan membawanya ke rumah sakit Soreang,” tutur Sony menjelaskan.

Setelah mendapat laporan, tambah Sony, pihaknya segera meluncur ke tempat penginapan di mana korban ditemukan untuk melakukan olah TKP. Hingga saat ini, kamar korban di penginapan tersebut masih ditutup untuk umum dan dipasangi garis polisi.

Menurut Sony, pihaknya juga telah meminta keterangan dari keenam rekan tersangka untuk kepentingan penyelidikan. Sementara jenasah kedua korban sudah dipindahkan ke RS Hasan Sadikin, Kota Bandung untuk diotopsi atas kesediaan rekan dan keluarga korban. (A-178/A-89)***

http://www.pikiran-rakyat.com/node/171574

 

Apa yang muncul pertama kali dalam benak kita saat menyimak tragedy diatas? Sedih,haru, pilu, berpuas hati, atau bahkan tidak peduli?

Beragam cerita harusnya semakin memperkaya kita dalam berkaca,. Tak ada tempat yang luput dari ketentuan Yang Maha Kuasa. Kematian adalah hal mutlak bagi setiap manusia,tinggal diri kita lah yang dituntut untuk bisa menentukan ending cerita. Sedih, bahagia bahkan tragis adalah tema yang bisa kita pilih sebagai kesimpulan cerita di akhir hayat kita. Yang mana dari kesemuanya itu berkaitan erat dengan upaya kita dalam berkarya. Berkarya untuk yang Haq serta mandul (tidak produktif) bagi yang bathil.

Sungguh waktu ini berjalan begitu singkat. Sekejap saja kita memejamkan mata, tak terasa diri ini sudah hampir separuh usia. Waktu yang diperjalankan-Nya memang seyogyanya dimanfaatkan. Jangan sampai kita terlupa dan menyesal di akhir jaman. Jaman dimana hidup kita terputus dengan kehidupan dunia ini (meninggal). Sesuatu yang dekat dengan kita itu adalah ‘kematian’. Tak ada yang bisa mengelak apalagi menghindari karena setiap insan yang hidup itu pasti akan merasakan mati.

Yang harus digaris bawahi, mati dalam keadaan seperti apakah yang kita inginkan? Keadaan beriman kepada Allah (husnulkhotimah), ataukah keadaan yang sedang bermaksiat kepada Allah (suulkhotimah). Sungguh kasih sayang Allah yang tiada tara ketika kita masih bisa menyadari kemaksiatan kita, sebelum Allah menghentikannya sendiri dengan memutus urat dikerongkongan kita. Nikmat yang sangat luar biasa ketika masih berkesempatan tuk berupaya, memaksimalkan segala potensi yang ada sebelum Allah mencabutnya bersamaan dengan tercerabutnya nyawa di kehidupan kita. Wallahualam..